JKT48
adalah grup idola asal Indonesia yang di bentuk oleh Yasushi Akimoto sebagai sister group pertama AKB48 di luar
negeri. JKT48 di bentuk dengan tujuan memberikan tempat bagi perempuan
Indonesia untuk mewujudkan impian mereka bersama para penggemar. Enam tahun
sebelum JKT48 lahir, AKB48 terlebih dahulu lahir di Akihabara, Jepang.
Kemampuan Yasushi Akimoto dalam memproduseri AKB48 mampu memonopoli dunia
hiburan di Jepang. Setelah sukses dengan AKB48 yang berfokus di Akihabara, Yasushi
Akimoto kemudian mendirikan cabang lainnya yang di sebut juga sebagai sister group dari AKB48 yang di buat di
luar Akihabara, seperti di Sakae (SKE48), Nanba (NMB48), dan Hakata (HKT48).
Di
tengah-tengah ketenaran tersebut, pada tahun 2011 terkumpul niat untuk membuat sister group di luar negri, di Jakarta,
Indonesia. Yasushi Akimoto memilih member JKT48 dengan cara dan insting yang
sama ketika audisi AKB48. Dasar beliau memilih adalah dengan menemukan sikap
wajah menarik, atau memiliki kemampuan unik yang memiliki daya tarik. Setelah
terpilih membernya, kemudian mereka dilatih untuk bisa menari dan menyanyi,
lalu menyiapkan diri untuk pentas panggung. Untuk saat ini menjejaki langkah
yang sama dengan AKB48 ketika pertama di bentuk.[1]
Pada
awalnya JKT48 terbentuk dengan jumlah member 28 orang, namun sebelum debut
dimulai, 2 orang mengundurkan diri. Kerasnya dunia hiburan menjadi alasan utama
member untuk mengundurkan diri, terlebih lagi usia mereka berkisar antara 13
hingga 21 tahun yang rata-rata masih tergolong dalam usia sekolah. Satu persatu
dari merekapun meninggalkan JKT48, hingga akhirnya menyisakan 22 orang. Dan di
akhir tahun 2012, JKT48 mengadakan audisi untuk generasi kedua. Hasil dari
audisi ini mampu menyaring 28 orang member baru yang saat ini masih dalam
status trainee (di latih). Dari
kesuluruhan member yang berjumlah 50 orang ini, di bentuklah 2 tim untuk
membagi jatah perform mereka di
panggung, yaitu tim J yang beranggotakan dari semua member generasi pertama dan
tim Kenkyuusei yang beranggotakan
semua member generasi kedua.
Lalu
apa yang membedakan konsep idol group
dengan girlband? Idol group lebih menjadi sebuah akademi untuk mengasah kemampuan
setiap membernya untuk mengembangkan diri lewat beragam cara seperti bernyanyi,
menari, akting, dan lainnya. Beragam macam keahlian yang berhubungan dengan
seni terus coba dihadirkan via JKT48. Salah satu bentuknya adalah teater yang
di gelar dua kali dalam satu hari. Girlband
adalah sebuah produk yang sudah jadi, sedangkan JKT48 tidak. JKT48
mempunyai konsep berkembang bersama penggemar. Di dalam JKT48 ini, member di
tempa menjadi sosok yang berkompeten dalam bidang yang di sukainya. Seiring
itu, JKT48 mempunyai penggemar yang mengiringi mereka berkembang.[2]
Idola
yang dapat ditemui, itulah ciri khas dari idol
group yang di gerakkan oleh Yasushi Akimoto ini. Tentu saja peran penggemar
disini sangat penting. mereka selalu mendukung dan menyemangati para member JKT48
baik saat on-air maupun off-air. Sebagai cerminan idola yang
bisa ditemui oleh para fans seperti
halnya AKB48, manajemen JKT48 mendirikan Theater
JKT48 di Mall Fx, Jakarta. Theater JKT48 merupakan sarana yang menjembantani
para fans untuk bertemu member JKT48
yang mereka idolakan.
Di
tahun 2013 ini, dalam sebulan, manajemen JKT48 mampu menyuguhkan 2 tema setlist teater yang berbeda. Yaitu setlist yang bertajuk “Aturan Anti
Cinta” yang di bawakan oleh tim J, dan “Pajama
Drive” yang dibawakan oleh Kenkyusei. Dalam satu bulan
itu, teater dilaksanakan 14 kali, dan dalam 1 hari terdapat 2 kali pertunjukan
(sore dan malam). Sebelumnya di tahun 2012, manajemen JKT48 hanya mampu
menyuguhkan “Pajama Drive” yang dibawakan oleh tim J saja. Dan pada waktu itu,
teater hanya dilaksanakan 9 hari saja dalam satu bulan. Untuk harga tiket
teater ini, sekali show-nya dihargai
sebesar 100.000 rupiah untuk setlist “Aturan
Anti Cinta” dan 80.000 rupiah untuk setlist
“Pajama Drive”. Dan kursi yang di
sediakan ada kurang lebih 300 buah yang selalu penuh di isi oleh penonton baik
dari dalam maupun luar kota Jakarta.
Fans JKT48 terkenal sangat loyal dan fanatik terhadap idolanya.
Tidak heran bila dalam suatu acara televisi yang menampilkan JKT48, selalu
hadir fans-fans yang mempunyai ciri
khas meneriakkan chant (teriakan yang
diserukan bersamaan sesuai dengan lantunan nada lagu oleh para fans ketika JKT48 membawakan lagu) dan
mengangkat lightstick. Fenomena
tersebut sudah wajar terjadi di Jepang, namun tidak untuk Indonesia sehingga fans JKT48 memiliki warna tersendiri di
Indonesia.
Fenomena-fenomena di
atas tentu saja dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manajemen JKT48. Seperti
hal nya AKB48, pihak manajemen JKT48 juga menjual berbagai merchandise JKT48 dengan harga yang mahal. Seperti kaos, mug,
gantungan kunci, photopack, handuk, lightstick, kipas, kalender, hingga
buku. Dan photopack-lah yang paling
di buru fans dari segala jenis barang tersebut.
Photopack
ini sendiri
adalah kumpulan foto member JKT48 yang hanya di jual di teater. Satu set photopack
berisikan 5 lembar foto random member
JKT48 dengan berbagai pose dan kostum. Hal ini lah yang membuat para fans merasa belum puas bila belum
menemukan member yang di idolakannya di dalam photopack. Inilah strategi manajemen JKT48 untuk mendekatkan antara
fans satu dengan fans yang lainnya. Dengan sistem photopack tersebut, secara otomatis fans akan saling bertukar foto dengan sesama fans lainnya.
Pada awalnya, fans JKT48 itu sangat sedikit di Indonesia.
Karena pada saat itu demam Korea serta boyband
dan girlband sedang marak.
Sebelum JKT48 melakukan debut panggung, manajemen JKT48 sudah menyiapkan
strategi untuk memperkenalkan JKT48 melalui iklan sebuah produk minuman asal
Jepang juga yang cukup terkenal di Indonesia. Dan melalui iklan inilah
sebenartnya JKT48 untuk pertama kalinya menghiasi layar televisi Indonesia.
Iklan bagi setiap orang
bisa punya makna yang berbeda. Ia biasa dikecam sebagai biang keladi sikap
konsumtif masyarakat. Tetapi ia bisa juga di bilang sebagai hiburan yang lucu
dan menyenangkan. Iklan adalah bisnis, institusi, dan fenomena budaya. Tetapi
jangan lupa iklan juga adalah tentang komoditas, citra, brand, dan pemasaran yang ingin menjual sesuatu lewat pesannya.[3]
Dengan bekerjasama
dengan produk minuman inilah JKT48 memperlihatkan wujudnya untuk pertama kali
serta suara mereka melalui lagu hits dari
AKB48 “Heavy Rotation”, dan tentu
saja hal itu berhasil membuat anak-anak muda Indonesia penasaran dan membuat
mereka mulai mencari info tentang JKT48 di internet. Hal tersebut menandakan
keberhasilan manajemen JKT48 membuat penasaran tentang JKT48 sebelum meraka
melakukan debut di panggung meskipun sebenarnya iklan tersebut menawarkan
produk minuman. Kerjasama dengan produk minuman inipun hingga sekarang masih
berlanjut. JKT48 juga mulai bekerjasama dengan berbagai perusahaan besar asal
Jepang yang menjual produk komoditas lainnya, seperti makanan, sepeda motor, hingga
televisi. Selain menghiasi dunia periklanan televisi Indonesia, JKT48 juga
menghiasi dunia periklanan televisi di Jepang.
Setelah cukup familiar
di layar televisi, di awal karir JKT48 juga menyempatkan promosi melalui radio
dan majalah, hingga akhirnya kini JKT48 mulai terkenal dan sempat memiliki
acara show sendiri di televisi yang
bertajuk “JKT48 School” yang masa
tayangnya berakhir pada awal bulan Juni 2012 di karenakan mereka akan mulai aktif
show off-air di teater. Pada
penghujung tahun 2012 kemarin manajemen JKT48 sudah menyepakati kontrak
kerjasama baru dengan pihak televisi swasta, hal ini tidak menutup kemungkinan
JKT48 kembali mendapat kesempatan untuk memiliki acara sendiri di televisi.
Pengaruh televisi
terhadap sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek
kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan
masyarakat Indonesia sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Akan
tetapi, sejauh mana pengaruh positif dan sejauh mana pengaruh negatif, belum di
ketahui banyak.[4]
Selain itu JKT48 juga sering
menghiasi event-event baik yang
terselenggara di Jakarta maupun luar Jakarta. Bahkan bila di Jepang sedang ada
event yang di adakan oleh 48Family (sebutan
untuk Idol Groups yang di produseri
Yasushi Akimoto), JKT48 juga turut serta memeriahkan event tersebut. Hal ini membuat JKT48 tidak hanya bisa di jumpai di
Jakarta saja.
Adanya Theater JKT48 di setiap minggunya,
banyaknya iklan yang di bintangi JKT48, seringnya JKT48 tampil di acara
televisi, hingga artikel-artikel yang membahas JKT48 di media cetak, hal-hal
tersebut semakin mendongkrak popularitas grup idola asuhan Yasushi Akimoto ini.
Secara otomatis dengan adanya JKT48 ini, dunia hiburan di Indonesia sebenarnya
sedang mengalami perang budaya. JKT48 ini bagaikan produk lokal dengan cita
rasa Jepang, meskipun membernya terdiri dari gadis-gadis remaja asli Indonesia,
namun orang-orang di dalam manajemen JKT48 ini banyak di isi oleh orang-orang
Jepang.
Tujuan lain Yasushi
Akimoto dari dibentuknya idol group
di luar Jepang ini adalah untuk melawan Korean
wave yang membawa budaya k-pop di
kancah hiburan Asia. Tentu saja Jepang yang pernah mendominasi hiburan di Asia
dengan Anime (animasi Jepang) dan Manga (komik Jepang) merasa terancam
dengan adanya Korean wave ini. Maka dari itu, dengan budaya J-pop yang di bawakan idol
group dari 48Family ini, Yasushi
Akimoto ingin melawan budaya Korea tersebut. Setalah mendirikan JKT48 di
Jakarta, Yasushi Akimoto juga mendirikan SNH48 di Shanghai, China. Kedua idol group di negara padat penduduk inilah
yang digunakan Yasushi Akimoto sebagai langkah awal untuk melawan budaya Korea
yang sedang marak di Asia ini.
Kini para kritikus
komunikasi kontemporer yang menaruh minat terhadap persoalan budaya melihat
sebuah transformasi luar biasa tengah berlangsung dalam masyarakat. Karena
sejak satu dekade terakhir diyakini bahwa “kita tengah bergerak dari “perang
dingin” (cold war) menuju “perang
budaya” (culture war),” demikian
Danis K. Davis dan James jasinski dalam esainya, Beyond Culture Wars (1993). [5]
Kesuksesan yang diraih
JKT48 di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan hasil yang cukup memuaskan bagi
Yasushi Akimoto. Dalam waktu 1 tahun ini JKT48 sudah membawa pulang beberapa awards dari berbagai kategori dalam
berbagai event. Hal tersebut
menunjukkan bahwa budaya J-pop yang
dibawakan JKT48 dapat diterima warga Indonesia yang sebelumnya telah di suguhi
budaya K-pop. Dan tidak menutup
kemungkinan bahwa “perang budaya” ini akan membawa perubahan sosial di
Indonesia.
Perubahan sosial adalah
proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur
budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat
secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan
pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri
dengan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.[6]
Gabungan unik antara
budaya Jepang dengan Indonesia yang dimiliki JKT48 ini memiliki sisi positif
maupun negatif. Sisi positifnya adalah menumbuhkan hubungan yang baik antar
kedua negara tersebut, dan sisi negatifnya adalah melemahnya budaya Indonesia
di dalam negeri sendiri. Suka atau tidak, sadar atau tidak, akhirnya selera
masyarakat kita nanti akan kembali di bentuk oleh Jepang.
Kembali lagi ke awal,
JKT48 dibentuk sebagai bisnis hiburan yang di dalamnya terdapat gadis-gadis
Indonesia yang di latih untuk meraih impian bersama-sama. Berbeda dengan saat era
masuknya manga dan anime di Indonesia pada tahun 90an yang
di terima mentah-mentah anak-anak dalam negeri kala itu. Saat itu generasi yang
kritis sempat melakukan counter-culture
dengan menerbitkan komik-komik lokal. Namun pada akhirnya hingga saat ini pun
komik Jepang masih berkuasa di Indonesia, bahkan Asia. Dan gaya gambar komik
Jepang banyak di jadikan kiblat komikus modern Indonesia saat ini.
Namun JKT48 sedikit
berbeda, meskipun mereka di kemas dengan tampilan Jepang, namun mereka lahir
dan berkiprah di Indonesia. Gabungan kedua budaya ini menjadikan warna
tersendiri di dunia hiburan Indonesia. Walau ini terlihat sebagai serangan yang
tidak langsung dari budaya Jepang, namun ini masih lebih baik daripada
Indonesia musti menerima mentah-mentah budaya Korea yang terhitung sulit untuk
dilawan. Dua budaya yang dimiliki JKT48 dapat juga digunakan sebagai counter-culture untuk melawan kuatnya
budaya Korea yang sudah menguasai dunia hiburan Indonesia dalam kurun waktu 3
tahun terakhir ini. (Satria Dwinanda, 2013)
[1]
Toshiyuki Ogino, Akira Ohira, LOVE JKT48
(Jakarta: Kompas Gramedia, 2012), hal. 110.
[2]
Atha. “Local Idol Group,” Hai Magazine,
20 Agustus 2012.
[3]
Idi Subandy Ibrahim, Kecerdasan
Komunikasi Seni Berkomunikasi Kepada Publik (Bandung: Simbiosa Rekamata
Media, 2009), hal. 127.
[4]
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), hal. 41.
[5]
Idi Subandy Ibrahim, “Sketsa Dunia Anak di Media Anak: Komodifikasi impian
Orangtua di Pentas Kebudayaan Pop,” Jurnal
Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 6 (November, 2001), hal. 149.
[6]
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi
(rev. ed.; Jakarta: Kencana, 2009), hal. 91.