Sabtu, 02 Februari 2013

MAMPUKAH JKT48 MEMONOPOLI DUNIA HIBURAN INDONESIA?



JKT48 adalah grup idola asal Indonesia yang di bentuk oleh Yasushi Akimoto sebagai sister group pertama AKB48 di luar negeri. JKT48 di bentuk dengan tujuan memberikan tempat bagi perempuan Indonesia untuk mewujudkan impian mereka bersama para penggemar. Enam tahun sebelum JKT48 lahir, AKB48 terlebih dahulu lahir di Akihabara, Jepang. Kemampuan Yasushi Akimoto dalam memproduseri AKB48 mampu memonopoli dunia hiburan di Jepang. Setelah sukses dengan AKB48 yang berfokus di Akihabara, Yasushi Akimoto kemudian mendirikan cabang lainnya yang di sebut juga sebagai sister group dari AKB48 yang di buat di luar Akihabara, seperti di Sakae (SKE48), Nanba (NMB48), dan Hakata (HKT48).

Di tengah-tengah ketenaran tersebut, pada tahun 2011 terkumpul niat untuk membuat sister group di luar negri, di Jakarta, Indonesia. Yasushi Akimoto memilih member JKT48 dengan cara dan insting yang sama ketika audisi AKB48. Dasar beliau memilih adalah dengan menemukan sikap wajah menarik, atau memiliki kemampuan unik yang memiliki daya tarik. Setelah terpilih membernya, kemudian mereka dilatih untuk bisa menari dan menyanyi, lalu menyiapkan diri untuk pentas panggung. Untuk saat ini menjejaki langkah yang sama dengan AKB48 ketika pertama di bentuk.[1]

Pada awalnya JKT48 terbentuk dengan jumlah member 28 orang, namun sebelum debut dimulai, 2 orang mengundurkan diri. Kerasnya dunia hiburan menjadi alasan utama member untuk mengundurkan diri, terlebih lagi usia mereka berkisar antara 13 hingga 21 tahun yang rata-rata masih tergolong dalam usia sekolah. Satu persatu dari merekapun meninggalkan JKT48, hingga akhirnya menyisakan 22 orang. Dan di akhir tahun 2012, JKT48 mengadakan audisi untuk generasi kedua. Hasil dari audisi ini mampu menyaring 28 orang member baru yang saat ini masih dalam status trainee (di latih). Dari kesuluruhan member yang berjumlah 50 orang ini, di bentuklah 2 tim untuk membagi jatah perform mereka di panggung, yaitu tim J yang beranggotakan dari semua member generasi pertama dan tim Kenkyuusei yang beranggotakan semua member generasi kedua.

Lalu apa yang membedakan konsep idol group dengan girlband? Idol group lebih menjadi sebuah akademi untuk mengasah kemampuan setiap membernya untuk mengembangkan diri lewat beragam cara seperti bernyanyi, menari, akting, dan lainnya. Beragam macam keahlian yang berhubungan dengan seni terus coba dihadirkan via JKT48. Salah satu bentuknya adalah teater yang di gelar dua kali dalam satu hari. Girlband adalah sebuah produk yang sudah jadi, sedangkan JKT48 tidak. JKT48 mempunyai konsep berkembang bersama penggemar. Di dalam JKT48 ini, member di tempa menjadi sosok yang berkompeten dalam bidang yang di sukainya. Seiring itu, JKT48 mempunyai penggemar yang mengiringi mereka berkembang.[2]

Idola yang dapat ditemui, itulah ciri khas dari idol group yang di gerakkan oleh Yasushi Akimoto ini. Tentu saja peran penggemar disini sangat penting. mereka selalu mendukung dan menyemangati para member JKT48 baik saat on-air maupun off-air. Sebagai cerminan idola yang bisa ditemui oleh para fans seperti halnya AKB48, manajemen JKT48 mendirikan Theater JKT48 di Mall Fx, Jakarta. Theater JKT48 merupakan sarana yang menjembantani para fans untuk bertemu member JKT48 yang mereka idolakan.

Di tahun 2013 ini, dalam sebulan, manajemen JKT48 mampu menyuguhkan 2 tema setlist teater yang berbeda. Yaitu setlist yang bertajuk “Aturan Anti Cinta” yang di bawakan oleh tim J, dan “Pajama Drive” yang dibawakan oleh Kenkyusei. Dalam satu bulan itu, teater dilaksanakan 14 kali, dan dalam 1 hari terdapat 2 kali pertunjukan (sore dan malam). Sebelumnya di tahun 2012, manajemen JKT48 hanya mampu menyuguhkan Pajama Drive” yang dibawakan oleh tim J saja. Dan pada waktu itu, teater hanya dilaksanakan 9 hari saja dalam satu bulan. Untuk harga tiket teater ini, sekali show-nya dihargai sebesar 100.000 rupiah untuk setlist “Aturan Anti Cinta” dan 80.000 rupiah untuk setlist Pajama Drive”. Dan kursi yang di sediakan ada kurang lebih 300 buah yang selalu penuh di isi oleh penonton baik dari dalam maupun luar kota Jakarta.

Fans JKT48 terkenal sangat loyal dan fanatik terhadap idolanya. Tidak heran bila dalam suatu acara televisi yang menampilkan JKT48, selalu hadir fans-fans yang mempunyai ciri khas meneriakkan chant (teriakan yang diserukan bersamaan sesuai dengan lantunan nada lagu oleh para fans ketika JKT48 membawakan lagu) dan mengangkat lightstick. Fenomena tersebut sudah wajar terjadi di Jepang, namun tidak untuk Indonesia sehingga fans JKT48 memiliki warna tersendiri di Indonesia. 

Para fans yang di dominasi kaum adam ini bagaikan tersihir ketika JKT48 tampil di atas panggung. Mereka tidak merasa malu dengan lagu-lagu JKT48 yang bernada lucu dan terdengar girly. Fenomena ini seakan mematahkan asumsi bahwa kebanyakan remaja pria Indonesia itu rata-rata menyukai lagu rock ataupun pop melayu yang sebelumnya berkuasa di industri musik tanah air kita ini. Dan bila di lihat dari loyalitas fans JKT48 ini, kebanyakan fans berasal dari kalangan menengah ke atas.

Fenomena-fenomena di atas tentu saja dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manajemen JKT48. Seperti hal nya AKB48, pihak manajemen JKT48 juga menjual berbagai merchandise JKT48 dengan harga yang mahal. Seperti kaos, mug, gantungan kunci, photopack, handuk, lightstick, kipas, kalender, hingga buku. Dan photopack-lah yang paling di buru fans dari segala jenis barang tersebut.

Photopack ini sendiri adalah kumpulan foto member JKT48 yang hanya di jual di teater. Satu set photopack berisikan 5 lembar foto random member JKT48 dengan berbagai pose dan kostum. Hal ini lah yang membuat para fans merasa belum puas bila belum menemukan member yang di idolakannya di dalam photopack. Inilah strategi manajemen JKT48 untuk mendekatkan antara fans satu dengan fans yang lainnya. Dengan sistem photopack tersebut, secara otomatis fans akan saling bertukar foto dengan sesama fans lainnya.

Pada awalnya, fans JKT48 itu sangat sedikit di Indonesia. Karena pada saat itu demam Korea serta boyband dan girlband sedang marak. Sebelum JKT48 melakukan debut panggung, manajemen JKT48 sudah menyiapkan strategi untuk memperkenalkan JKT48 melalui iklan sebuah produk minuman asal Jepang juga yang cukup terkenal di Indonesia. Dan melalui iklan inilah sebenartnya JKT48 untuk pertama kalinya menghiasi layar televisi Indonesia.

Iklan bagi setiap orang bisa punya makna yang berbeda. Ia biasa dikecam sebagai biang keladi sikap konsumtif masyarakat. Tetapi ia bisa juga di bilang sebagai hiburan yang lucu dan menyenangkan. Iklan adalah bisnis, institusi, dan fenomena budaya. Tetapi jangan lupa iklan juga adalah tentang komoditas, citra, brand, dan pemasaran yang ingin menjual sesuatu lewat pesannya.[3]

Dengan bekerjasama dengan produk minuman inilah JKT48 memperlihatkan wujudnya untuk pertama kali serta suara mereka melalui lagu hits dari AKB48 “Heavy Rotation”, dan tentu saja hal itu berhasil membuat anak-anak muda Indonesia penasaran dan membuat mereka mulai mencari info tentang JKT48 di internet. Hal tersebut menandakan keberhasilan manajemen JKT48 membuat penasaran tentang JKT48 sebelum meraka melakukan debut di panggung meskipun sebenarnya iklan tersebut menawarkan produk minuman. Kerjasama dengan produk minuman inipun hingga sekarang masih berlanjut. JKT48 juga mulai bekerjasama dengan berbagai perusahaan besar asal Jepang yang menjual produk komoditas lainnya, seperti makanan, sepeda motor, hingga televisi. Selain menghiasi dunia periklanan televisi Indonesia, JKT48 juga menghiasi dunia periklanan televisi di Jepang.

Setelah cukup familiar di layar televisi, di awal karir JKT48 juga menyempatkan promosi melalui radio dan majalah, hingga akhirnya kini JKT48 mulai terkenal dan sempat memiliki acara show sendiri di televisi yang bertajuk “JKT48 School” yang masa tayangnya berakhir pada awal bulan Juni 2012 di karenakan mereka akan mulai aktif show off-air di teater. Pada penghujung tahun 2012 kemarin manajemen JKT48 sudah menyepakati kontrak kerjasama baru dengan pihak televisi swasta, hal ini tidak menutup kemungkinan JKT48 kembali mendapat kesempatan untuk memiliki acara sendiri di televisi.

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Akan tetapi, sejauh mana pengaruh positif dan sejauh mana pengaruh negatif, belum di ketahui banyak.[4]

Selain itu JKT48 juga sering menghiasi event-event baik yang terselenggara di Jakarta maupun luar Jakarta. Bahkan bila di Jepang sedang ada event yang di adakan oleh 48Family (sebutan untuk Idol Groups yang di produseri Yasushi Akimoto), JKT48 juga turut serta memeriahkan event tersebut. Hal ini membuat JKT48 tidak hanya bisa di jumpai di Jakarta saja.

Adanya Theater JKT48 di setiap minggunya, banyaknya iklan yang di bintangi JKT48, seringnya JKT48 tampil di acara televisi, hingga artikel-artikel yang membahas JKT48 di media cetak, hal-hal tersebut semakin mendongkrak popularitas grup idola asuhan Yasushi Akimoto ini. Secara otomatis dengan adanya JKT48 ini, dunia hiburan di Indonesia sebenarnya sedang mengalami perang budaya. JKT48 ini bagaikan produk lokal dengan cita rasa Jepang, meskipun membernya terdiri dari gadis-gadis remaja asli Indonesia, namun orang-orang di dalam manajemen JKT48 ini banyak di isi oleh orang-orang Jepang.

Tujuan lain Yasushi Akimoto dari dibentuknya idol group di luar Jepang ini adalah untuk melawan Korean wave yang membawa budaya k-pop di kancah hiburan Asia. Tentu saja Jepang yang pernah mendominasi hiburan di Asia dengan Anime (animasi Jepang) dan Manga (komik Jepang) merasa terancam dengan adanya  Korean wave ini. Maka dari itu, dengan budaya J-pop yang di bawakan idol group dari 48Family ini, Yasushi Akimoto ingin melawan budaya Korea tersebut. Setalah mendirikan JKT48 di Jakarta, Yasushi Akimoto juga mendirikan SNH48 di Shanghai, China. Kedua idol group di negara padat penduduk inilah yang digunakan Yasushi Akimoto sebagai langkah awal untuk melawan budaya Korea yang sedang marak di Asia ini.

Kini para kritikus komunikasi kontemporer yang menaruh minat terhadap persoalan budaya melihat sebuah transformasi luar biasa tengah berlangsung dalam masyarakat. Karena sejak satu dekade terakhir diyakini bahwa “kita tengah bergerak dari “perang dingin” (cold war) menuju “perang budaya” (culture war),” demikian Danis K. Davis dan James jasinski dalam esainya, Beyond Culture Wars (1993). [5]

Kesuksesan yang diraih JKT48 di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan hasil yang cukup memuaskan bagi Yasushi Akimoto. Dalam waktu 1 tahun ini JKT48 sudah membawa pulang beberapa awards dari berbagai kategori dalam berbagai event. Hal tersebut menunjukkan bahwa budaya J-pop yang dibawakan JKT48 dapat diterima warga Indonesia yang sebelumnya telah di suguhi budaya K-pop. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa “perang budaya” ini akan membawa perubahan sosial di Indonesia.

Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri dengan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.[6]

Gabungan unik antara budaya Jepang dengan Indonesia yang dimiliki JKT48 ini memiliki sisi positif maupun negatif. Sisi positifnya adalah menumbuhkan hubungan yang baik antar kedua negara tersebut, dan sisi negatifnya adalah melemahnya budaya Indonesia di dalam negeri sendiri. Suka atau tidak, sadar atau tidak, akhirnya selera masyarakat kita nanti akan kembali di bentuk oleh Jepang.

Kembali lagi ke awal, JKT48 dibentuk sebagai bisnis hiburan yang di dalamnya terdapat gadis-gadis Indonesia yang di latih untuk meraih impian bersama-sama. Berbeda dengan saat era masuknya manga dan anime di Indonesia pada tahun 90an yang di terima mentah-mentah anak-anak dalam negeri kala itu. Saat itu generasi yang kritis sempat melakukan counter-culture dengan menerbitkan komik-komik lokal. Namun pada akhirnya hingga saat ini pun komik Jepang masih berkuasa di Indonesia, bahkan Asia. Dan gaya gambar komik Jepang banyak di jadikan kiblat komikus modern Indonesia saat ini.

Namun JKT48 sedikit berbeda, meskipun mereka di kemas dengan tampilan Jepang, namun mereka lahir dan berkiprah di Indonesia. Gabungan kedua budaya ini menjadikan warna tersendiri di dunia hiburan Indonesia. Walau ini terlihat sebagai serangan yang tidak langsung dari budaya Jepang, namun ini masih lebih baik daripada Indonesia musti menerima mentah-mentah budaya Korea yang terhitung sulit untuk dilawan. Dua budaya yang dimiliki JKT48 dapat juga digunakan sebagai counter-culture untuk melawan kuatnya budaya Korea yang sudah menguasai dunia hiburan Indonesia dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini. (Satria Dwinanda, 2013)



[1] Toshiyuki Ogino, Akira Ohira, LOVE JKT48 (Jakarta: Kompas Gramedia, 2012), hal. 110.
[2] Atha. “Local Idol Group,” Hai Magazine, 20 Agustus 2012.
[3] Idi Subandy Ibrahim, Kecerdasan Komunikasi Seni Berkomunikasi Kepada Publik (Bandung: Simbiosa Rekamata Media, 2009), hal. 127.
[4] Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 41.
[5] Idi Subandy Ibrahim, “Sketsa Dunia Anak di Media Anak: Komodifikasi impian Orangtua di Pentas Kebudayaan Pop,” Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 6 (November, 2001), hal. 149.
[6] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (rev. ed.; Jakarta: Kencana, 2009), hal. 91.