Selasa, 13 Januari 2015

TANYA

Baik dan buruk? Apakah itu hanya  konstruksi buatan manusia untuk menilai sifat & tindakan dalam bersikap? Terus Tuhan itu apa? Apa itu juga konstruksi imajinasi umat manusia supaya mereka ada tempat berlindung dari hiruk pikuknya dunia? Apa kalian para manusia menyembah Tuhan karena adanya janji surga untuk yang baik dan neraka untuk yang buruk?

Menurut legenda Adam dan Hawa, mereka sebenarnya adalah manusia penghuni surga yang di turunkan ke bumi karena tidak mematuhi larangan Tuhan dengan memakan buah terlarang. Lalu dampaknya, kita umat manusia musti tinggal di dunia yang penuh kebohongan ini. Apa rangkaian kejadian itu merupakan hal yang tidak di sengaja? Atau memang sudah tergores dalam naskah cerita yang di tulis Tuhan?

Bila manusia itu tidak bisa luput dari dosa dan kesalahan, maka Tuhan menciptakan maaf dan taubat. Tuhan maha baik ya? Tapi ketika Tuhan mengirimkan nyawa ke dunia ini, mengapa nasibnya berbeda-beda? Katanya Tuhan juga maha adil?

Kenapa aku menulis tulisan ini? apa karena Tuhan yang menggerakkan tanganku? Atau malah iblis yg menggerakkannya? Tapi, Tuhan maha pengatur segalanya kan? Bila yang menggendalikan tanganku itu iblis, berarti Tuhan jugalah yang mengendalikan tanganku lewat perantara iblis tersebut. Ternyata jadi Tuhan itu susah ya? Semuanya bermuara padaNya.

Bila aku terlahir dan hidup di jalan yang jahat, apa aku tidak akan masuk surga? Tuhan yang membuatku, menciptakan hatiku, Ia juga yang memberiku cobaan dan menempaku. Bilamana aku berujung menjadi jahat, dan Tuhan mematikanku dalam kondisi terburuk, apa itu artinya Tuhan menginginkanku tinggal di neraka? Katanya Tuhan maha baik?

Tuhan, apa yang sebenarnya kamu rencanakan padaku dan dunia ini? Sesungguhnya Engkau juga jauh lebih mengetahui dari apa yang sudah diketahui manusia kan? Tuhan maha segalanya... Maka dari itu aku juga yakin Tuhan tidak gaptek.

Cinta berawal dari rasa keingintahuan yang tinggi.
Selalu berhasil membuatku berhipotesis dan berimajinasi.
Membawaku dalam pertikaian otak yang tidak serasi.
Dan berujung pada realita yang entah layak atau tidak untuk diyakini.

Wahai pemilik mentari,
Teteskan cahya ketika indra tak mampu maknai.
Karena aku takut bila nurani mengkhianati.

Teruntuk Kau yang berada di langit,
Lukiskan saja takdirku dengan abstrak.
Biarkan aku menikmati sentimen dan rasa akan estetika didalamnya.                  


Satria, pemuda yang sedang berfikir dan menunggu jawaban atas jutaan pertanyaan yang memenuhi otak. Hanya 1 hal yang bisa dia lakukan dengan lantang sekarang. Bersyukur. (Satria Dwinanda, 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar