Tak terasa ramadhan 1434h sudah hampir berakhir, namun masih
banyak hal yang harus dibenahi selain diri kita sendiri. Salah satunya adalah tentang program tayangan televisi yang mendadak alim ketika ramadhan tiba. Alim dalam konten fomat acara
religi yang masih ambigu apakah itu bermanfaat atau malah mengganggu puasa kita.
Kita harus kritis menyikapi hal ini, sebab kata Rasputin; "makhluk bumi mengenal komunikasi melalui media, dan media terbesar adalah televisi." maka dari itu televisi adalah media
yang paling berpengaruh pada manusia. Jadi, jangan sampai kita sudi dibodohi program
acara televisi saat ini, apalagi sampai terhipnotis monster kodok.
Tahun ini, acara sahur unggulan masih di dominasi program
lawak. Ya, lawak! Entah itu bermutu atau tidak yang penting lucu. Entah itu
menjadikan banci, orang yang di anggap jelek, menghina orang, ataupun mempermalukan
diri sendiri sebagai lelucon. Dan banyak orang yang sangat menyukai acara tersebut
untuk menemani santap sahur. Bahkan salah satu televisi swasta kita yang biasanya di kala sahur menayangkan tausiyah, kini berganti wajah menjadi acara lawak. Inikah bentuk program televisi menyambut bulan
Ramadhan?
Masih pada acara program sahur, di luar acara lawak ternyata
masih ada program yang lebih bermutu. Salah satu stasiun televisi swasta kita
menawarkan program pencarian da’i berbakat yang mengundang uztad-uztad kondang sebagai
jurinya. Yang sial, saat saya melihat acara ini kebetulan sekali salah satu uztad tersebut
menyeletuk membicarakan masalah mencret. Meski si uztad sudah bilang maaf
sebelum mengucap kata tersebut namun itu tidak hanya dibahas dalam sekali ucap, malah dilanjutkan oleh juri-juri yang lain dan saya rasa itu tidak etis diucapkan saat program sahur yang cukup menganggu
saya dan mungkin jutaan orang lain yang menonton yang sedang santap sahur.
Siangnya, kita masih disuguhi program spesial Ramadhan
lainnya yang tidak kalah menarik. Ya, gosip! Hebat bukan? Acara yang jelas sangat
menganggu puasa begini masih tayang. Namun bedanya, pembawa acara yang biasanya
berpakaian terbuka kini tampil lebih sopan dengan berbalut busana yang
tertutup. Padahal alangkah lebih baik kalau mulutnya juga ikutan di tutup.
Inikah cara mereka menghormati bulan Ramadhan?
Waktu prime time
selain saat sahur ketika ramadhan adalah saat menjelang berbuka. Nah, salah
satu stasiun televisi swasta kita ada yang menayangkan azan yang ditampilkan
secara live. Sebelum adzan berkumandang,
dalam rangkaian program tersebut ada acara masak-memasak. Mirisnya, ketika
adzan berkumandang, kameramen kerap kali menyorot orang-orang yang sedang
berbuka menikmati masakan yang dimasak tadi sambil berdiri. Jadi secara otomatis
kerumunan orang yang sedang berbuka sambil berdiri tersebut menjadi background visual kumandang adzan
tersebut.
Terpaan belum berakhir di program menjelang berbuka, karena setelah
itu masih ada seglincir program pengganggu yang tidak pada tempatnya. Ya, tidak
lain dan tidak bukan adalah program unggulan Indonesia, sinetron! Tentu saja
sinetron bersetting Ramadhan yang
alim yang tayang saat jam umat muslim sholat tarawih. Tidak bisakah mereka
mengganti jam tayangnya? Atau mengganti judul sinetron islami mereka yang lebih
ditujukan untuk umum?
Saat menjelang Idul Fitri tiba, ada lagi fenomena yang
menarik di dunia pertelevisian kita. Konser menyambut hari kemenangan,
terdengar religius sekali bukan? Kita yang seharusnya takbir keliling atau
takbir di masjid, ditawari untuk berdesak-desakan di lapangan atau duduk manis
di depan televisi demi melihat musisi-musisi papan atas yang mendadak juga
ikutan alim. Mereka menyanyi kadang membawakan lagu cinta Tuhan atau lagu cinta
pacar bergantian. Dengan baju-baju religius mereka, lengkap balutan sorban di
leher dan peci di kepala, dan kadang yang laki-laki suka lupa mencopot
antingnya. Dan yang perempuan hanya menjadikan kerudung sebagai hiasan sesaat
supaya terlihat lebih islami, tanpa menyembunyikan rambut mereka. Semoga saja
yang nonton di tempat tidak sambil mabuk-mabukan atau telanjang dada sambil
joget-joget diatas bahu temannya.
Selain program-program hiburan, berita mengenai mudik
lebaran juga menarik untuk diperhatikan. Karena selama ini yang menjadi fokus
berita selalu saja mengenai info kemacetan dan jumlah kecelakaan. Iya mungkin
nilai beritanya memang besar, namun diluar hal tersebut fenomena mudik tahunan
ini memiliki banyak sisi menarik serta isu-isu yang juga layak untuk di angkat.
Jadinya pemberitaan bisa lebih variatif dan menarik.
Semoga tulisan yang agak absurd ini bisa menjadikan kita lebih kritis lagi terhadap acara-acara televisi, tidak hanya di bulan Ramadhan saja tentunya. Karena di luar bulan Ramadhan juga banyak acara yang lebih tidak bermutu lagi. Program acara-acara tidak bermutu tersebut akan tetap bertahan selama kita tidak sadar akan pentingnya literasi media. Ya, karena mereka hidup juga dari cara kita menyikapinya. Jika tayangan tidak bermutu tersebut masih banyak yang menonton, mau jadi apa Negara kita kelak? Jangan-jangan ini benar merupakan salah satu rencana jahat Rasputin bersama monster kodok untuk menguasai bumi. Bisa jadi.... (Satria Dwinanda, 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar