Sebelumnya,
saya hanyalah lulusan pelajar seni yang mau tidak mau kini mempelajari media
dalam ranah komunikasi. Dan melalui tulisan kali ini, saya hanya mencoba
berpendapat mengenai dunia adek-adek idol
lokal berlabel patlapan. Topik yang cukup sensitif, melihat banyaknya fans mereka yang tingkah lakunya tidak terdeskripsikan
ini. Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis hal ini, namun baru terpicu untuk
mulai menulis akhir-akhir ini. So, enjoy
it!
Sedikit
pengantar : sebagai salah satu fans
yang tidak terdeskripsikan juga, saya terjerumus dalam dunia menyedihkan ini
sejak awal idol lokal berlabel
patlapan memulai debutnya. Awalnya saya cukup ragu dengan konsep yang di usung.
Sejenis menggabungkan 2 kultur antara Jepang dan Indonesia, untuk melawan
dominasi hiburan musik K-pop (Musik
Korea). Mengapa mereka memilih Indonesia? Tentunya karena sudah di
pertimbangkan dengan berbagai riset yang telah mereka lakukan. Entah itu dengan
metode penelitian kuantitatif atau kualitatif saya tidak peduli karena itu
bikin pusing, lagi pula bukan ini yang akan saya bahas.
Oke, lalu apa
yang akan di bahas? sekedar curhatan kecil tentang alasan saya ngidol, biar
tidak di sangka sebagai fans yang
asal triak oi oi oi. Ibarat kata saya mempunyai 100 alasan untuk menyukai
mereka, namun di sisi lain saya juga mempunyai 100 alasan juga untuk membenci
mereka. Biar nggak percuma juga saya belajar tentang pentingnya literasi media.
Mengapa saya
menyukai mereka?
1. Inspiratif
Bayangkan,
jongkok di wc ndelokke tai ne dewe we sangat inspiratif... apa lagi melihat
adek-adek idol ini? Beuhhh... mantap!
ide-ide kreatif bermunculan dengan sendirinya. Baik itu delusi mesum ataupun
delusi menyedihkan, hasrat untuk kembali menggambar dengan menjadikan mereka
sebagai obyeknya, mempelajari efek dan dampak kemunculan mereka, mempelajari
manajemennya, hingga saling belajar dari sesama fans dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Pokoknya
banyak deh.
2. Gay Protector
Jika kamu
seorang lelaki, ngidol sangat bermanfaat untuk menjaga eksistensi
kelaki-lakianmu, karena kecil kemungkinan kamu akan menyukai sesama jenis. Selain
itu ngidol juga dapat meminimalisir dan melindungimu dari rayuan maut para maho.
Contohnya saja ketika kamu nge-gym,
dan kamu pakai kalung photopack gambar member, kecil kemungkinan kamu akan di
godain mas-mas random yang sedang
fitnes.
3. Menjauhkan
Dari Bahaya Seks Bebas
Nggak perlu
tuh yang namanya coba-coba ngeseks dengan menyewa jasa pelacur. Lha wong cari
pacar aja jadi males, apa lagi berfikir hingga sejauh itu? cukup nempelin photopack member idaman di guling, sudah
merasa tidur di surga bersama bidadari.
4. Pengingat
Twitter adek-adek idol yang selalu
mengingatkan untuk jangan lupa mam, jangan lupa sholat, jangan lupa jumatan, jangan
lupa ke gereja, jangan lupa istirahat, jangan bobo malam-malam, cepet sembuh
buat yang lagi sakit, dan lain-lain. Kicauan mereka sangat berarti untuk para
jomblo-jomblo sedih macam saya ini yang pada dasarnya tidak dipedulikan gadis
idaman mereka di dunia nyata. Walau
sekedar ucapan ohayou (selamat pagi)
dan oyasumi (selamat tidur), itu
sangat membahagiakan. Lol.
Sebenarnya
masih banyak lagi alasan-alasan menyedihkan yang
menyebabkan saya agak betah dalam mengamati sepak terjang adek-adek idol ini. Namun kembali ke awal, sebagai
orang yang mencoba untuk kritis, tidak adil jika saya hanya menulis sisi
positifnya aja. Lalu sisi negatifnya apa? Buaaanyaaaakkk!! Mau di lihat dari perspektif
mana? Agama? Komunikasi? Wkwkwkwk....
Dari
pengertian dasar dulu saja yah... idol itu
apa sih? Asal mula kata idol di ambil
dari bahasa ibrani yang berarti berhala. Jadi idol = berhala. Tapi apalah arti bahasa ketika media sudah
menggeserkan makna kata? Seperti halnya makna kata teroris yang kini identik
dengan Islam + embel-embel entah itu militan, radikal, dll. Mungkin ini bagian
dari konspirasi antara media, freemason,
dan kerajaan vudo. Entahlah... kembali ke diri kita dalam memaknai suatu kata
tersebut. Namun kalok di tengok lagi, ada benarnya juga lho arti kata idol tersebut. Contohnya saja ketika
orang-orang rela datang ke konser idol
mereka, dari menyambut di bandara, antri tiket, dateng lebih awal di konser
supaya dapet view yang bagus, hingga
mengantar kepulangan idolnya setelah show berakhir. Ketika dalam melakukan aktifitas
tersebut, kebanyakan fans
meninggalkan kewajiban mereka sholat 5 waktu. Jika melihat fenomena tersebut, ga
heran dan ga nyangkal juga kalok idol
itu kata lain dari berhala.
Selain itu, idol lokal berbalut label patlapan ini
juga mungkin bisa di bilang eksploitasi perempuan. Yang di Jepang sono tau
sendiri lah gravure-nya kayak apa, dan
itu sebuah kebanggaan. Lain halnya dengan yang lokal, perbedaan budaya dan
regulasi menjadikan idol lokal tidak
bisa bikin yang gravure-gravure. Tapi
ini tak menutup kemungkinan 50 tahun kedepan akan bisa merubah segalanya. Ingat
kata pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Apalagi di dukung
dengan perkembangan zaman yang seperti ini. Sangat mendukung untuk menciptakan
generasi mesum. Ga ada bedanya dengan abad pertengahan 5 -15M pada jaman dark ages Eropa, yang menjadikan perempuan sebagai objek eksploitasi secara
seksual di patung-patung, lukisan-lukisan, dan menjadi objek nafsu pria.
Contoh sederhana nih... kelakuan
fans dari bibit generasi mesum,
menggunakan kamera untuk memotret paha lalu di unggah ke internet untuk berbagi
dengan generasi mesum yang lain, bahkan dijadikan lelucon:
Sebenarnya
masih banyak lagi yang ingin saya bahas. Namun karena sudah malas mengetik,
akan saya tarik kesimpulan biar bisa segera saya akhiri tulisan ini. Hmm...
lalu apa inti dari tulisan kali ini? Bijaklah dalam ngidol, jangan sampai isi
dompet dan otakmu di invasi oleh produk bisnis jenius ini.
Like cigarettes... I know it’s pathetic... namun ketika kamu sudah kecanduan, mungkin
akan susah untuk berhenti... lalu di sisi lain, kamu pasti tidak menginginkan
orang-orang yang berharga untukmu melakukan hal yang sama denganmu. Dan alasan saya ngidol itu sebenarnya hanya
sebatas mencari inspirasi dan pelarian, mungkin ini lebih baik dari pada saya
harus merokok ataupun minum minuman keras. Tapi tetep aja ngidol itu terlihat
sedih~ (Satria Dwinanda, 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar