Kamis, 28 Agustus 2014

TENTANG LUKISAN/PAHATAN MAKHLUK HIDUP (SHURAH)

1. Rasulullah bersabda: “Malaikat tidak akan masuk di satu rumah yang ada padanya anjing atau shurah-shurah.” (HSR. Bukhari).

2. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya rumah yang ada padanya shurah itu, tidak dimasuki oleh malaikat.” (HSR. Bukhari).

3. Telah berkata Aisyah: “Sesungguhnya Nabi saw tidak pernah membiarkan di rumahnya ada sesuatu barang yang ada padanya patung-patung salib, melainkan ia hapuskan dia.” (HSR. Bukhari).

4. Rasulullah bersabda: “Siapakah di antara kamu yang mau pergi ke Madinah dan pecahkan tiap-tiap berhala dan hapurkan tiap-tiap shurah? Barangsiapa kembali membuat sesuatu dari yang tersebut itu, sesungguhnya kufurlah ia kepada (perintah) yang diturunkan atas Muhammad saw.” (HR. Ahmad).

5. Telah bersabda Rasulullah saw: “Allah Ta’ala telah berfirman: Bukankah tidak ada orang yang lebih dhalim daripa orang yang hendak membuat (sesuatu) seperti ciptaan-Ku? Cobalah mereka buat sebiji gandum! Cobalah mereka ciptakan seekor semut!” (HSR. Bukhari).

6. Rasulullah bersabda: “Orang yang paling berat siksanya di sisi Allah adalah tulang-tukang bikin shurah.” (HSR. Bukhari).

7. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang membuat shurah-shurah ini, akan dia’zab pada hari kiyamat. Dikatakan kepada mereka: Hidupkanlah apa yang kamu jadikan!” (HSR. Bukhari).

8. Telah berkata Anas: “Adalah Aisyah mempunyai tabir yang ia buat tutup sebagian rumahnya, maka sabda Rasulu: Hilangkanlah dia daripadaku, karena gambar-gambar itu terus mengganggu aku di dalam shalatku.” (HSR. Bukhari).

9. Diriwayatkan oleh Busr ibn Sa’id dari Zaid ibn Khalid, dari Abu Thalhah, seorang sahabat Rasulullah saw, ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda: “Sesungguhnya malaikat tidak akan masuk di satu rumah yang ada padanya shurah”
Kata Busr: Sesudah itu, Zaid ibn Khalid sakit, maka kami pergi melawat dia. Tiba-tiba di pintunya ada satu tabir yang ada gambarnya, maka saya berkata pada ‘Ubaidillah al Khaulani, anak angkatnya Maimunah isteri Nabi saw: Kemarin dulu, bukankah Zaid kabarkan kepada kita perihal shurah? Maka kata ‘Ubaidillah; “Tidakkah kalian dengar ia berkata: Kecuali tulisan di kain?” (HSR. Bukhari).

10. Telah berkata Aisyah: Saya mempunyai satu kain yang bergambar tersangkut di satu rak, padahal Nabi saw. Shalat menghap kain tersebut. Maka sabda Nabi saw: “Jauhkanlah dia daripadaku.” Maka saya jauhkan kain itu dan saya jadikan beberapa bantal. (HSR. Muslim).

11. Telah berkata Aisyah: “Rasulullah datang kepada saya, padahal saya memakai satu tabir yang ada gambarnya, lalu beliau singkirkan, maka saya jadikan kain tersebut menjadi dua bantal.” (HSR. Muslim).

12. Telah berkata Aisyah: “Sesungguhnya saya pernah menggunakan satu tabir bergambar, lalu Rasulullah saw masuk dan turunkan kain tersebut, untuk kemudian saya jadikan dua bantal di mana Rasulullah biasa bersandar padanya.” (HSR. Muslim).

13. Telah berkata Aisyah: Rasulullah pernah kembali dari suatu pelayaran, padahal saya ada tutup rak saya dengan satu kain bergambar. Rasulullah saw mencabut kain tersebut ketika melihatnya sambil berkata: “Orang yang paling pedih azabnya di hari kiamat adalah orang yang menyerupai buatan Allah swt”. Maka kata Aisyah: Lalu saya jadikan tabir itu satu atau dua bantal. (HSR, Bukhari).

14. Telah berkata Aisyah: Saya pernah beli satu bantal yang bergambar, maka Rasulullah tidak mau masuk, hanya berdiri di depan pintu saja, maka saya berkata padanya: Saya bertobat kepada Allah daripada dosa yang telah saya kerjakan. Sabda Rasul: “Buat apa bantal ini?” Saya jawab:  Buat Rasulullah duduk di atasnya dan bersandar. Maka sabda Rasulullah: “Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar ini akan disiksa di hari kiamat, ditanya pada mereka: Hidupkanlah apa yang telah kamu buat.” (HSR. Bukhari).

15. Telah berkata Aisyah: Rasulullah saw pernah pergi menghadapi suatu peperangan. Maka saya ambil satu hamparan kain (bergambar), lalu saya gantungkan atas pintu. Setelah Rasulullah kembali dan melihat hamparan tersebut, kelihatan mukanya yang tidak suka, lantas ia tarik sampai tercabut, lalu beliau berkata: “Sesungguhnya Allah tidak perintahkan kanmi memakaikan pakaian bagi batu dan tanah.” Lantas kami jadikan dia dua bantal dan saya penuhkan dia dengan sabut kurma. Rasulullah tidak cela saya buat begitu. (HSR. Muslim).

16. Rasulullah bersabda : “Barang siapa membuat suatu shurah di dunia, akan dipaksa dia memberi ruh akan dia pada hari kiamat, padahal ia tidak bisa memberi ruh tersebut.” (HSR. Bukhari).

17. Telah berkata Sa’id ibn Abi Hasan: Telah datang seorang kepada Ibnu Abbas. Lalu ia berkata : Saya ini tukang memnbuat shurah-shurah. Saya harap memberi fatwa kepada saya tentang itu. Maka kata Ibnu ‘Abbas: Saya dengar Rasulullah bersabda: “Tiap-tiap tukang shurah (tempatnya) di neraka. Buat tiap-tiap satu shutah yang ia buat itu, Allah jadikan satu badan yang menyiksa dia di jahanam”. Dan kata Ibnu ‘Abbas: Kalau terpaksa engkau hendak kerjakan, buatlah shurah-shurah pohon dan barang-barang yang tidak bernyawa. (HSR. Muslim).

18. Telah berkata Aisyah: Sesungguhhya Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan kepada Rasulullah saw satu gereja yang mereka lihat di negeri Habasyah yang di dalamnya ada shurah-shurah.Maka sabda Rasulullah: “Sesungguhnya mereka itu, jika ada di antara mereka seorang yang saleh, lalu ia mati, maka mereka buat tempat sembahyang di atas kuburnya, dan mereka buat padanya shurah-shurah itu. Mereka itu orang-orang yang jahat pada pandangan Allah di hari kianmat.” (HSR. Muslim).

19. Telah berkata Aisyah: “Saya biasa bermain boneka (anak-anak patung) di hadapan Nabi saw.” (HSR. Bukhari).


          Banyak ya? Dan dari ke-19 hadits itu, telah membuahkan bermacam-macam pendapat sesuai dengan penafsiran masing-masing orang.  Pendapat-pendapat tersebut contohnya adalah:

Pendapat Pertama: bahwa semua macam shurah, yakni patung, arca, gambar, walaupun bentuknya tidak utuh, itu haram dibuat. Pendapat pertama ini didasari hadits no. 1 hingga hadits no. 8.
Pendapat Kedua:  bahwa semua shurah itu haram, kecuali gambar di atas kain dan sejenisnyanya. Landasanya hadits no. 9.
Pendapat Ketiga:  bahwa gambar-gambar, patung-patung, arca-arca yang dijadikan perhiasan itu haram; dan yang tidak dijadikan perhiasan, yakni diinjak-injak, diduduki atau disandari itu tidak haram.  Dasar hukumnya adalah hadits no. 10 sampai no.15.
Pendapat Keempat: berpendapat bahwa gambar-gambar dan patung-patung yang cukup sifatnya itu haram; sementara yang tidak cukup sifatnya, seperti gambar tak utuh semisal gambar yang dipotong kepalanya, serta gambar-gambar pohon, rumah, gunung dan sebagainya, tidak haram dibuat. Alasanya: hadits no. 16 dan 17.
Pendapat Kelima: bahwa gambar-gambar dan patung-patung yang ditakuti akan disembah saja yang haram dibuat. Dalilnya hadits no. 18 dan 19.


          Sementara itu pandangan A. Hassan lewat bukunya Soal-Jawab tentang berbagai masalah Agama  jilid 1-2 tentang hadits-hadits tersebut di atas adalah: bahwa gambar-gambar dan patung-patung tersebut setelah disarikan menjadi enam jenis, yakni:
              
1. Gambar yang tidak ditakuti akan disembah orang, maka hukumnya boleh;
2. Gambar yang akan ditakuti disembah orang, maka hukumnya haram;
3. Gambar yang memang disembah orang, maka hukumnya haram;
4. Patung yang tidak ditakuti akan disembah orang, maka hukumnya boleh;
5. Patung yang akan ditakuti disembah orang, maka hukumnya haram;
6. Patung yang memang disembah orang, maka hukumnya haram.

          Pendapat  Terakhir tersebut juga didasari oleh pemahaman bahwa Rasulullah saw sangat keras dalam hal penegakan Tauhid sehingga hadits-hadits di atas terucap oleh Rasulullah sebagai metode pencegahan kaum muslimin pada waktu itu untuk tidak kembali menyembah berhala-berhala. 

         Lalu mana yang benar dan mana yang salah soal penafsiran di atas? jadinya shurah itu haram atau tidak? kesimpulan dari tulisan di kali ini merujuk kembali pada sudut pandang pribadi kita... otak manusia bermacam-macam, bumi terus berputar, waktu terus berjalan, era juga berganti... manusia terus berlajar untuk menghadapi problematika dunia di zamannya. (Satria Dwinanda, 2014)

Minggu, 27 Juli 2014

SEKELUMIT CERITA SINGKAT, MALAM TAKBIRAN CERIA DI JOGJA

Saudara-saudaraku sekalian yang insyaallah di rahmati oleh Allah, sedikit review tentang malam takbiran kali ini. Untuk kali pertama saya tidak mengikuti serangkaian acara malam takbiran di kampung saya, dan hal tersebut menjadi pengalaman yang cukup berkesan bagi saya. Menghabiskan waktu malam dengan bersih-bersih rumah dari sampah yang bertumpuk, memaksa saya untuk membuangnya ke tempat pembuangan terdekat. Dengan mengendarai motor, saya menyusuri jalanan Jogja dengan diiringi gema takbir anak-anak dan tabuhan drumband yang kompak sehingga menghasilkan irama yang padu padan. Kegembiraan terpancar di wajah mereka, serta sinar lampion yang indah melengkapi keseruan jalanan Jogja. Sungguh suasana yang damai sebelum pada akhirnya saya bertemu rombongan takbir keliling radikal militan lengkap dengan lampion raksasa berbentuk roket dan dinamit. “Wah, lucu dan kreatif, mugo-mugo wae ora njut neror” batin saya bercanda. Mlipir-mlipir saya mencoba menyalip rombongan tersebut, dan batin saya pun salah... DOR! sinar hijau terpecah di atas kepala saya... percikannya mengenai tubuh saya yang lemah ini... dan percikan yang tersentuh kulitpun terasa panas.... “bangsat” itulah kata jorok pertama saya yang keluar di malam takbiran kali ini.


Seusai membuang sampah, perjalanan saya lanjutkan dalam rangka membeli bensin. Untuk menebus dosa wes misuhi uwong le do takbiran bersenjatakan petasan tadi, saya mencoba menikmati perjalanan malam saya sambil melafalkan kalimat takbir sendiri. Sayapun mencoba melupakan kejadian tadi dengan kembali menikmati rombongan takbir keliling yang berlalu lalang di jalanan.  Dan kejanggalanpun terlihat ketika saya menyadari banyak pengendara-pengendara bermotor yang mengganti helm mereka dengan kopyah, peci, sorban, dan sejenisnya. Oke, saya doakan semoga Allah melindungi kepala-kepala mereka seumpama motor mereka mengalami kecelakaan. Semoga kedepannya pak polisi kita membuat kebijakan kalau naik motor nggak usah pakai helm tapi pakai sorban saja.

Bulan Ramadhan memang identik dengan petasan, hal itu pula yang mengganggu malam takbiran ini. Semacam tradisi yang seharusnya tidak perlu di lestarikan. Orang-orang tua yang mempunyai anak memegang peran penting dalam hal ini. Anak-anak musti tahu bahwa petasan itu berbahaya! petasan itu bukan mainan. Rasul nggak mengajarkan kita menyambut hari kemenangan dengan petasan, Rasul juga nggak mengajarkan kita mengisi ramadhan dengan petasan. So, buat kalian bocah-bocah atau malah remaja yang masih main petasan, lebih baik kalian main petasannya di jalur Gaza saja. Jujur saya cukup takut, malam yang harusnya damai ini malah jadi malam yang mencekam. Padahal saya keluar cuma buat buang sampah, beli bensin, dan beli wedang ronde. Namun di perjalanan tersebut banyak sekali ranjau-ranjau mercon yang saya temui. Total 3x saya hampir gejeblukan mercon. Urip ning Jogja le jarene berhati nyaman we bengi iki wes koyo urip ning daerah perang. Jancuk to?


Nah, lebih ironis lagi dalam perjalanan pulang sehabis dari beli wedang ronde, di daerah mangkubumi, saya bertemu rombongan pemuda bermotor tanpa helm membawa bendera palestina dengan gagahnya. Apa yang mereka lakukan? Menebar mercon dengan cara di lemparkan di pinggiran jalan mangkubumi. Maksud e opo jal? Aku gagal paham karo pemuda jaman saiki. Jogja kota pelajar, namun warganya sepertinya masih perlu banyak diajar. Jogja berhati nyaman, tapi malam takbiran koyo kawasan perang. Semoga tahun depan bila masih di beri kesempatan untuk bertemu lagi dengan bulan Ramadhan, kita semua bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sekarang.  (Satria Dwinanda, 2014)

Selasa, 08 Juli 2014

KOMODIFIKASI RUANG PUBLIK


Komodifikasi, yang berasal dari kata komoditas (sesuatu yang bisa di perdagangkan) adalah proses perubahan barang dan jasa yang awalnya dinilai hanya dari fungsi kegunaanya menjadi komoditas yang dinilai laku di pasaran sehingga menguntungkan. Bingung? Tenang... dalam ekonomi politik media, pengertian komodifikasi ini sudah di definisikan secara sederhana oleh Vincent Mosco (2009), sebagai proses perubahan nilai guna menjadi nilai tukar[1].


            Kita bisa melihat berbagai wajah komodifikasi yang berlangsung salah satunya di media massa kita, khususnya televisi yang juga berfungsi sebagai bagian dari ruang publik. Selain itu komodifikasi juga membayangi bidang-bidang yang lain dalam setiap aspek kehidupan. Dalam pengamatan saya, ada beberapa wajah komodifikasi yang akhir-akhir ini semakin keras arusnya di Indonesia, menyedot berbagai nilai dan budaya ke dalam pusaran komoditas. Sebuah potret kehidupan yang terus tergerus dalam proyek komodifikasi budaya yang memiliki dampak amat mendalam bagi manusia modern.

          1)  Komodifikasi skandal dan sensasi. Semakin di nilai sensasional suatu peristiwa semakin dimanfaatkan oleh media dan pengiklan untuk didramatisasi demi memuaskan hasrat penonton akan sensasi. Di sini entitas publik di ubah menjadi pasar massa yang haus akan sensasi.

            2) Komodifikasi nilai. Misalnya dalam dunia agama, cermati fenomena munculnya beberapa komunitas pemakai jilbab atau para hijabers ala punuk onta dan sejenisnya yang trendi dan gaul. Mereka adalah orang-orang yang senang beragama apalagi kalau itu akan menambah tampilan gaya hidup mereka menjadi funky dan nggak ketinggalan jaman. Maka dari itu tidak usah heran kalau banyak artis yang berbondong-bondong berjilbab, berumroh, atau haji. Apa lagi di bulan Ramadhan seperti sekarang ini, banyak sekali artis yang mendadak taubat dan juga acara-acara televisi yang mendadak  alim. Bahkan ustad-ustad pop yang ngetop di televisi pun sudah mengubah peran ulama mereka dari penyeru jalan kebaikan menjadi bintang iklan yang menyeru orang untuk membeli produk yang di bintanginya. Inilah hasil karya emas industri budaya populer di Indonesia ketika kesadaran agama dikomodifikasi di tengah kemajuan perkembangan televisi dan internet, mengisi waktu ‘selo’ khalayak dengan apapun yang bisa di jadikan jalan untuk mencari lembar-lembar rupiah bagi pemodal.

            3) Komodifikasi masa kanak-kanak. Di otak para pemasar durjana, anak-anak dan masa kanak-kanak adalah sasaran super empuk, gurih, renyah, dan nikmat. Anak-anak di pandang sebagai gerombolan ikan yang siap di jaring, alias sebagai konsumen yang siap diberondong dengan iklan gaya hidup dan konsumsi. Lihat saja anak-anak yang sudah terjangkit penyakit alay jaman sekarang, sungguh miris. Apalagi melihat artis-artis cilik Indonesia masa kini yang sudah dengan bangga melantunkan tembang-tembang cinta ke lawan jenis. Tak heran bila anak-anak usia SD yang mengidolakannya sudah mengenal pacar-pacaran serta fashion.  Tak aneh pula bila anak-anak tersebut akan terlihat lebih dewasa dari usianya. Konsekuensi dari komodifikasi masa kanak-kanak adalah timbulnya gangguan dalam kehidupan harian mereka. Seperti halnya dunia perempuan, yang telah memicu sejumlah perdebatan hangat dalam kajian budaya dan media.

            4) Bentuk komodifikasi yang unik tapi tak kalah penting, yakni komodifikasi kematian. Kuburan yang dikomodifikasi untuk memenuhi selera budaya berbasis kasta ekonomi, hal ini menjadi ironi dari buruknya mutu penataan pemakaman rakyat yang kurang di pedulikan oleh negara. Kalau sebelumnya ada rumah mewah, kini ada yang namanya pemakaman mewah. Maka, saat nanti kesulitan mendapatkan ruang hidup untuk bermukim akan di tambah pula dengan kesulitan untuk mendapatkan ruang untuk mati bagi mereka yang tak mampu membayar. Terutama saat semua lahan untuk hidup dan untuk mati pun sudah dikomodifikasi atas nama keuntungan duniawi. 

            Inilah era budaya tak beradab dimana berbagai industri budaya yang di kendarai iklan melayani dengan selera rendah, yang penting dapat di terima dan menghasilkan. Hukum pasar memang cerminan selera masyarakat, hiburan adalah pemilik kursi singgasana yang berada di puncak, mengalahkan pendidikan atau hal lainnya. (Satria Dwinanda, 2014)

Sumber: Halim, Syaiful. Postkomodifikasi Media. Yogyakarta: Jalan Sutra, 2013.






[1] Dalam kata-kata Mosco, “Commodification is the process of transforming use values into exchange values”. Lihat Mosco (2009), hlm. 129.

Rabu, 30 April 2014

SEPERCIK KEHANGATAN DALAM COSPLAY CABARET


Dunia cosplay adalah dunia yang menarik, salah satunya adalah mengenai cosplay cabaret, dan saya banyak belajar di dalamnya. Awal saya mengenal cosplay adalah ketika di tawari seorang teman untuk membantunya dalam cosplay cabaret. Apa itu cosplay cabaret? Anggap saja seperti pertunjukan drama teaterikal yang di bawakan oleh suatu tim cosplay. Berawal dari sebatas menjadi pemeran pembantu, saya jadi pecandu. Lalu apa yang menarik? Dari sini kita tidak hanya di tuntut untuk membuat kostum, make-up, dan belajar seni peran saja, namun juga belajar bekerja sama dengan sebuah tim. Selain itu juga bisa belajar mengisi suara karakter yang akan di perankan. Kadangkala dibutuhkan juga kita untuk mempelajari koreografi berantem biar nggak asal berantem, atau juga belajar membuat properti panggung. Selain itu (bila mau) kita juga bisa belajar membuat naskah hingga menyusun BGM.

Persiapan membuat suatu pertunjukan cosplay cabaret lebih menguras pikiran timbang cosplay individu. Kenapa? Jelas problem utama ada pada orang-orangnya yang berjumlah banyak, semakin banyak orang maka semakin susah di atur pula. Dalam urusan ini, tanggung jawab menjadi prioritas utama. Sudah beberapakali saya menangani proyek kabaret, dan sudah beberapakali pula saya di khianati rekan saya sendiri. Entah itu properti yang belum tersedia ketika hari-H, teman yang mendadak menyatakan mundur dari proyek, dan berbagai masalah yang lain. Itu sudah biasa, dan memang kunci sukses untuk menangani suatu proyek kabaret adalah sabar serta selalu siap siaga dengan plan B, C, D, E, F, hingga G.

Albatross Force at CLAS:H Elimination Yogyakarta, 26 April 2014 (Photo by: Reza) 

Selaku penulis yang sok tahu, ada beberapa tips dari saya bila anda ingin membuat sebuah pertunjukan cosplay cabaret:
1.) Pilih teman yang sekiranya punya tanggung jawab tinggi dan waktu senggang yang mencukupi.
2.) Jangan paksa teman anda untuk menjadi chara tertentu. Biarkan dia memilih sendiri, namun jika mau anda bujuk supaya tertarik pada chara yang anda kehendaki juga gapapa sih.
3.) Berikan deadline yang jelas pada teman-teman anda, serta jangan bosan-bosan anda menanyai mereka tentang progress kostum/properti yang mereka kerjakan.
4.) Selesaikan naskah dan BGM secepatnya, karena menurut saya lebih efektif melakukan latihan dengan audio yang siap pakai daripada memegang naskah kasar.
5.) Poin yang terpenting, ciptakan hubungan yang baik dengan semua rekan tim anda! Karena chemistry menjadi yang utama di sini, baru skill individu.

                Mungkin membuat suatu kabaret terdengar sangat merepotkan, padahal biasanya hanya di pakai sekitar 10-20 menit saja. Eits tunggu dulu, justru ini yang bikin seneng. Yang biasanya bikin properti sendirian, sekarang ada temennya. Yang biasanya latihan buat perform cosplay cuma 2 orang, sekarang bisa lebih banyak orang. Yang biasanya di panggung cuma ciat-ciat 3 menit doang, sekarang bisa lebih dari 5 menit. Yang biasanya cosplay ga ada gandengannya, sekarang langsung bergerombol. Yap, menurut saya di dalam proses ber-cosplay cabaret itu selalu meninggalkan sepercik kehangatan tersendiri. Karena yang menarik dari cosplay cabaret itu adalah prosesnya, merepotkan tapi mendekatkan, dan ketika tampil di atas panggung itu adalah waktu untuk menikmati segalanya. Menang atau kalah dalam kompetisinya itu urusan langit.

                Dan satu hal lagi yang musti jadi catatan, perihal “wadah” untuk cosplay cabaret. Jangan terlalu berharap dengan ini kalian akan balik modal ataupun jadi kaya, berbeda dengan cosplay competition, kenapa? Tinggal di nalar saja, imbalan dari cabaret competition kecil kemungkinan bisa mengganti semua yang telah tim kalian keluarkan selain kepuasan batin. Contoh kasarnya, hadiah tunainya Rp. 5.000.000,- dan musti di bagi ke 10 orang di dalam tim kalian, padahal biaya untuk 1 kostum per orangnya saja Rp. 1.000.000,- belum lagi sama biaya properti panggung atau kebutuhan lainnya. Tapi bukan berarti menutup kemungkinan untuk nyari untung sih, bila tidak mau rugi bisa juga sih memakai kostum yang seadanya atau minimalis, siapa tau hanya dengan modal cerita yang menarik bisa memenangkan kompetisi. Tapi intinya ya kalau mau bagus ya jangan setengah-setengah. Nah, minatkah kamu untuk mencoba seni pertunjukan cosplay cabaret? Siapa tau anda di pertemukan dengan takdir anda karenanya.
(Satria Dwinanda, 2014)

Kamis, 09 Januari 2014

PROPAGANDA DALAM SERIAL BIMA SATRIA GARUDA

Indonesia kini memiliki BIMA Satria Garuda, pahlawan super serupa Ksatria Baja Hitam, karakter dalam serial televisi Jepang yang berjaya di Tanah Air pada era 1990an. Bima Satria Garuda, yang dibuat bersama Ishimori Production (pembuat serial Kamen Rider Jepang seperti Ksatria Baja Hitam) merupakan hasil pelokalan Ksatria Baja Hitam yang berbentuk live action super hero program (tokusatsu).[1]
Kisah BIMA bercerita tentang dunia pararel yang tidak memiliki sumber daya alam, sebuah dunia yang hidup di kegelapan. Dunia pararel ini dikuasai oleh VUDO, organisasi hitam yang dipimpin sosok yang amat kejam bernama Rasputin. Suatu hari, ilmuwan di Bumi berhasil membuat sebuah portal yang bisa menghubungkan Bumi dan dunia pararel tersebut. Melihat peluang tersebut, VUDO mengambil kesempatan untuk memasuki Bumi untuk merampas semua kekayaan alam Bumi. Sumber daya kekuatan VUDO datang dari tujuh buah power stone. Dari tujuh benda tersebut, seorang anak muda dari terpilih untuk memilikinya, ia pun berubah menjadi pahlawan untuk menyelamatkan Bumi dari serangan makhluk Jahat.[2]


Seperti itulah kurang lebih gambaran tentang cerita Bima Satria Garuda, sangat khas seperti cerita serial Kamen Rider di Jepang. Kekuatan yang di ciptakan untuk kejahatan, namun di pegang oleh orang yang baik lalu di gunakan untuk melawan balik kejahatan tersebut. Bima Satria Garuda, yang dibuat sepanjang 26 episode, mulai tayang pada 30 Juni 2013 setiap Minggu pukul 08.30 WIB, dan sudah berakhir pada tanggal 22 Desember 2013.
            Reino Ramaputra Barack atau yang biasa di kenal dengan nama Reino Barack, dialah yang menjadi tokoh kunci yang melatar belakangi  terciptanya serial ini. Secara otomatis, dia pula yang menjadi propagandis di serial Bima Satria Garuda. “Scene shooting live action BIMA akan mengambil lokasi-lokasi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Ide cerita yang dikemas baik oleh Ishimori Production dan RCTI membuat program ini sangat layak untuk disimak agar masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak, dapat memetik banyak dampak positif dari program ini. Program ini juga memberikan peluang khusus kepada sponsor dan pengiklan untuk menciptakan sebuah campaign product yang baru dalam bentuk licensing, sponsorship, built in advertising dan merchandising. Ini merupakan model bisnis baru di dunia entertainment di Indonesia. Melalui program ini, kami percaya model bisnis ini akan jauh lebih menjanjikan,” ungkap Reino R. Barack.[3]
            Dari pernyataan tersebut, sasaran dalam tayangan ini lebih di tujukan kepada anak-anak Indonesia. Sosok kepahlawanan yang melekat pada Bima Satria Garuda di harap mampu mengajarkan nilai-nilai kebaikan, keberanian, semangat, pantang menyerah dalam membela kebenaran kepada anak-anak. Di sisi lain, Reino Barack juga berharap akan ada banyak sponsor dan pegiklan untuk menciptakan campaign product.
            Banyak teknik propaganda yang di gunakan dalam serial ini. Yang paling sering di gunakan adalah teknik Glittering Generalities, contohnya adalah kata bijak di setiap pembukaan serial ini. Kata bijak tersebut digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Tak hanya di setiap pembukaan saja, cukup banyak kata bijak yang muncul di setiap episodenya, baik itu keluar dari mulut tokoh-tokoh protagonis ataupun antagonis. Contohnya adalah yang di katakan dua tokoh protagonis Ray dan Reza ketika di hina Rasputin sang pemimpin tokoh antagonis di serial ini, “Kami memang makhluk lemah, tapi kami tidak sendirian. Bumi adalah rumah kami, harapan manusia bumi tumbuh di sini. Harapan mereka membuat kami kuat.”
            Kemudian transfer, teknik ini digunakan dengan memakai pengaruh seseorang yang populer dan di kagumi. Dalam serial Bima Satria Garuda ini, bekerja sama dengan Ishimori Pro sebagai pihak yang sudah profesional dan memiliki popularitas tersebut juga termasuk dalam teknik propaganda ini, dengan begitu para penonton bisa lebih percaya dengan kualitas kostum, special effect, serta cerita yang di sajikan dalam serial ini. Dengan adanya kerjasama ini di harapkan juga mampu terjadi transfer knowledge antara Ishimori Pro dengan kru Bima Satria Garuda. Serial Bima Satria Garuda menjadi lebih percaya diri lagi dengan menggandeng Stella JKT48 (salah satu member JKT48, idol group lokal yang sedang naik daun saat ini) sebagai tokoh heroine dalam serial ini, lalu Camui Gackt (artis populer asal Jepang) yang mendapat peran sebagai mentor BIMA di beberapa episode, dan Haruka Nakagawa (member JKT48 yang dulu merupakan member AKB48, idol group asal jepang). Dengan mendatangkan artis-artis tersebut, serial ini menjadi lebih di lirik lagi oleh para penggemar artis-artis tersebut.


            Tak hanya fokus dalam layar kaca saja, Bima Satria Garuda juga memiliki kegiatan propaganda di luar serialnya.  Plain Folks, seperti dengan menjenguk anak kecil yang menyandang penyakit mematikan, memberikannya mainan, kemudian kegiatan tersebut di liput oleh infotaiment. Ada juga kegiatan bagi-bagi boneka gratis, hingga mengadakan lomba mewarnai BIMA di sekolah-sekolah dasar yang berada di kawasaan Jakarta. Namun kecintaan BIMA terhadap anak-anak juga bisa di saksikan di beberapa episode-nya. Seperti saat BIMA mengalami ketakutan ketika berhadapan dengan monster gagak yang bisa terbang, ia putus asa dan merasa gagal karena sebagai Ksatria Garuda BIMA tidak mampu terbang. Saat itu di kisahkan ada seorang anak kecil yang sedang berjuang melawan penyakitnya takut untuk di operasi. Lalu kemudian BIMA datang untuk menyemangatinya sehingga anak itu berani untuk di operasi, semangat untuk sembuh anak tersebut menginspirasi BIMA agar pantang menyerah. Pada akhirnya BIMA memiliki kekuatan baru untuk terbang ke angkasa lalu mengalahkan monster gagak.
            Di luar propaganda yang berbau kebenaran dan kebaikan, serial ini juga menggunakan teknik card stacking. Mungkin memang benar kejahatan harus di musnahkan dan bumi harus di lindungi, namun adegan fighting yang berbahaya dan kerap kali di tiru oleh anak-anak jarang sekali di singgung. Padahal tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan pukulan, tendangan, dan pertarungan.
            Selain menggunakan teknik-teknik propaganda seperti yang di sebutkan di atas, bila di tinjau menurut sistemnya, serial ini juga kaya akan simbol-simbol yang dituangkan dalam nama, kostum, dialog, dan lokasi syuting. Nama BIMA Satria Garuda terdengar sangat Indonesia sekali, karena nama BIMA sudah sangat familiar sebelumnya karena di ambil dari tokoh populer dalam pewayangan Jawa.  Menggunakan kostum bertemakan Garuda karena burung ini di anggap sebagai hewan mitologi lokal yang digunakan juga sebagai lambang negara Indonesia. Dialog dalam serial ini menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga terdengar kaku. Hal ini bertujuan untuk mengajarkankan kembali bahasa Indonesia yang benar supaya anak-anak tidak tenggelam dalam bahasa gaul. Pemilihan lokasi syuting juga bagian dari propaganda, mungkin banyak yang tidak menyadari hal tersebut. Dari monas hingga bunderan HI, lokasi yang merupakan tempat-tempat yang cukup di kenal banyak orang.
            Di sisi lain saat menjelang liburan, saat itulah waktu yang tepat untuk menjual mainan. Dengan memunculkan tokoh hero yang baru dan form (perubahan wujud super) BIMA yang baru pada serial mingguannya, maka secara otomatis akan keluar juga mainan barunya. Mirip dengan cara Kamen Rider dalam urusan menjual mainannya.
            Bima Satria Garuda, mungkin pada serial ini masih banyak konsep yang terjebak oleh Ishimori Pro, meski segala sesuatunya harus melewati persetujuan Reino Barack. Tayangan ini benar-benar mirip dengan Kamen Rider, tak hanya dari segi cerita, Rider kick alias tendangan maut yang menjadi ciri khas Kamen Rider pun dimiliki oleh BIMA. Upgrade Form, konsep 1 monster untuk 2 minggu, dan lain-lainnya juga dimuliki BIMA. Memang pada dasarnya serial Tokusatsu adalah budaya pop Jepang, makabisa dibilang Bima Satria Garuda itu merupakan fushion culture antara Indonesia dan Jepang dalam dunia hiburan di televisi. (Satria Dwinanda, 2014)




[1] Maryati, “BIMA Satria Garuda, Ksatria Baja Hitam Indonesia,” http://www.antaranews.com/berita/373453/bima-satria-garuda-ksatria-baja-hitam-indonesia (7 Januari 2014).
[2] Arya, “Tokusatsu Hero Bima Satria Garuda Telah Lahir,” http://www.hotgame-online.com/news-and-feature/news/tokusatsu-hero-bima-satria-garuda-telah-lahir/ (7 Januari 2014)
[3] Tika Oktavianingsih, “Super Hero Fenomenal Lahir Di Indonesia: Bima Satria Garuda,” http://www.rcti.tv/contents/read/103/bima-satria-garuda (7 Januari 2014)